Ternyata Masih 2 KM

Screenshot_2015-05-17-18-57-00

Malam itu, aku pengen beli headset. Biasa, ngelembur atau bertapa dikosan, gak lengkap kalau nggak ada music. Tadinya pengen ke matos aja (Malang Town Square), mikirnya biar cepet. Eeehh, otak anak kosnya tiba-tiba muncul, pasti mahal-mahal, udahlah beli di ambarawa aja — tempat kunjungan anak UM yang ngehits banget. Hehhhee, ngehits??? Yaa karna, disitu tempat berkumpulnya warung makan prasmanan yang murah, percetakan, warnet, dan tentu saja yang semakin memadatinya lagi adalah, kosan para mahasiswa (XD, kok jadi lari yang dibicarakan??). Seperti biasa, kalau mau kesana aku harus lewat kampus dulu, dari Gedung Graha Cakrawala, lurus terus, ada perempatan ambil kanan, lurus terus, ada pos satpam lewatin aja, lalu sampailah di ambarawa, (*naahh loohh?? XD). Yaa, biasa. Aku rasa seperti biasa, berjalan sendiri, terasa hampa tanpa “dia-yang-tidak-tau-siapa-dia” (apaa sihh, sraa??!!!)

…….

Sedang asyik menikmati trotoar kampus yang sepi dan cukup gelap, tampak disebrang jalan ada 2 orang laki-laki yang sedang berlari, memakai baju yang sama. “Malam-malam gini olahraga???  Wuuiihh, keren. Rajin banget”  [mauu doonggg, sama dia XD – pikiran seorang jomblo]. Karena memang tempat perputarannya tidak terlalu jauh, saat aku masih seperempat jalan melewati Graha Cakrawala, aku berpas-pasan dengan mereka, dan melihat ada secarik kertas yang tertempel di kaosnya. Nomor dada??? Masa iyaa, olahraga pake nomor dada segala?? Tau, ah, gelap XD”. Dan melanjutkan perjalanan lagi. Tapi gak berapa lama, muncul lagi seorang yang lain memakai baju yang persis seperti yang dikenakan kedua pria tadi, kali ini cewek. Dan tentu saja, ada nomor dada. Tiba-tiba aku kepikiran, “Jangan-jangan ini lomba lari”. Aku semakin yakin ketika, aku mulai mempercepat langkah untuk sampai keperempatan, dan menemukan deretan orang yang sedang berlari lengkap dengan wajah lelah dan kecepatannya masing-masing. Kuberanikan diri untuk bertanya kepada seorang laki-laki yang sedang berdiri disudut jalan sambil mengayun-ayunkan tangannya, tampaknya sedang mengarahkan para pelari tersebut, “Mungkin dia panitianya” ucapku dalam hati.

“Mas, numpang nanya, ini ada acara apa yaa?? Lomba lari ya mas??”

“Ohh, bukan mbak. Ini komunitas lari Malang. Ini gak mempermasalahkan siapa yang menang atau yang kalah kok mbak. Cuma komunitas ini sebagai sarana untuk berlatih sesama anggota komunitas, mbak”

“Ohh, gitu, kirain lomba mas, soalnya saya lihat mereka pakai normor dada”

“Iyaa, itu supaya kami tetap bisa mendata kelengkapan anggotanya mbak, maklum kegiatannya kan juga dilakukan malam hari”

“Terus, kalau boleh tau, jarak larinya berapa ya, mas??”

“Kalau jaraknya, target 2 KM mbak”

(…2 KM???) “ohh gitu, okee makasihh mas”

……..

Beberapa saat aku terdiam. 2 KM. Hanya 2 KM???? Lalu aku tersenyum sambil berucap kecil, “Dulu aku sanggup lebih jauh dari itu”. Aku melanjutkan perjalananku, dan kini sedikit melambatkan langkah. Pengen aja gitu, liat wajah-wajah peserta larinya, mempermudahku untuk flashback masa jaya kakiku XD. Aiiihhh, jadi kangen ikutan cabang olahraga lari marathon itu lagi. Capek sihh, tapi memuaskan dahagaku, hehhee XD. Sesekali aku berdecak kagum dengan beberapa pelari yang badannya memang tegap terus larinya kencang dan konstan. Lalu tampak peserta lari yang sangat kelelahan, bahkan aku bisa mendengar hembusan nafasnya yang  tidak teratur. Aku hanya bisa mengucap “Semangat, atur nafasnya” dari sebrang jalan dan tentu saja berbisik sendiri. Malu doongg, teriak-teriak ke orang yang gak aku kenal, sendiri, dan dah malam pula. Hahhhahahg, serasa kayak orang gila dong, ntar. Kemudian aku melihat seorang wanita yang berjalan sambil mencoba untuk mengatur irama nafasnya. “Jangan jalaann mbaakk…aduuhh, masih 2 KM. Ntar perutnya sakit lohh!!”, geramku dalam hati. Pengeeen banget ngomong langsung ke dekatnya sambil menyemangatinya. Teringat dulu, yang tak jarang aku akan mendengarkan ucapan semangat dari teman-temanku dan para warga ketika berlari. Lagi, dan lagi aku mendapati pemandangan itu, mereka yang kelelahan, berjalan, yang terus berlari, yang lesu, yang tampak komat-kamit (kayaknya sih lagi mencoba menyemangati diri sendiri), dan tampilan lainnya. Sesekali aku kesal ketika mereka menunjukkan muka kelelahan itu, “Masih juga 2 KM, masa udah capek banget sih?? Heran”. Iyaaa, aku sempat berpikir begitu.

……

Setelah membeli headset, aku langsung pulang kekosan, dengan melewati jalur yang sama. Tapi kali ini aku tidak mendapati para peserta lagi, mungkin lagi mutar. Jenggjengg, kembali lagi deh serasa sepi melewati jalanan kampus. Tau gak apa yang terjadi??? Aku kembali mengingat kejadian singkat tadi dan mulai menitikkan air mata – menangis –. Ada satu pelajaran lagi yang Tuhan mau sampaikan kepadaku.

……

Taukah kalian, (ya nggak taulah ya, kalo nggak dikasi tau XD), kalau dulu, semasa SMA, aku menjadi pelari marathon 10 KM. Pertama kali sihh, mikirnya, “sanggup nggak yaa??”. Tapi ketika aku tau prestasi kakak kelasku yang juga mendapatkan nor juara dalam cabang olahraga ini, maka aku putuskan untuk turut berjuang. Dan, bersyukurnya, aku mendapat juara dalam lomba lari marathon tersebut. Iyaaa, aku sanggup, walaupun ada cerita didalam cerita XD.

Yang membuat aku menangis adalah, bukankah Tuhan juga begitu ketika melihat kita anak-anakNya mengeluh dan merasa lelah menghadapi problema hidup di dunia yang fana ini??? Anggap saja posisiku yang tadi adalah Dia, (anggap saja, bukan menyamakan ( ), dan para pelari adalah kita umat manusia.

……

#1. Bukankah memang itu yang kita pilih???

Teman-teman, di hidup ini memang bukan kehendak kita untuk memilih kita diciptakan atau tidak. Siapa yang bisa menduga aku atau kamu akan terlahir pada masa ini. Siapa yang bias menentukan keberadaan kita di atas bumi ini, kalau bukan Dia, sang pencipta. Tapi kita juga diberikan hak bebas bukan?? Dalam keadaan apapun, kita selalu diberikan hak untuk memilih, jalan mana atau dimana kita mau bertumbuh. Memilih, dengan sadar akan konsekuensinya. Contohnya saja komunitas lari tadi. Bukankah para peserta lari tersebut yang memilih untuk bergabung dengan komunitas tersebut?? Tentu mereka sudah punya motivasi dan pemikiran masing-masing, mengapa harus bergabung. Tapi, apa yang kini mereka tunjukkan, wajah lelahnya?? Rasa kesalnya atau rasa putus asanya??? Pantaskah kita menunjukkan hal itu sebagai tanggung jawab kita atas hak pilih tersebut???

Kemudian pernyataan muncul, “Ya udah, kalau begitu gak usah gabung kemana-mana. Merepotkan. Harus ini itu, harus tanggung jawab begini begitu. Cari aman saja, toh juga aku gak berniat jahat kalau memang gak mau bergabung. Toh aku nggak bakalan melakukan kejahatan atau gak ada keburukan yang terjadi, kan, kalau aku tidak ikut komunitas itu?”

Sadarkah kita, bahwa dengan mengatakan itu pun, kita baru saja memilih, memilih untuk tidak bergabung dengan yang lainnya. Yang hanya mencari aman dan berusaha untuk tidak merepotkan diri mencari pengalaman baru. Kamu telah memilih untuk tidak melakukan apapun dan menjalani hidup dengan biasa-biasa aja dan dengan apa adanya. Tapi kembali lagi, bertanggung jawablah dengan apa yang sudah dipilih dan segeralah sadari konsekuensi yang harus dibayar. Aku tidak tau pasti sih, akibat dari orang-orang yang memilih mencari hidup yang aman-aman saja. Tapi semoga saja mereka (kita bahkan aku jika iyaa) mendapatkan pelajaran berharga dari kesehariannya itu.

Terkadang dalam sebuah masalah juga begitu. Kita pasti sering rewel ketika menghadapinya. Aku juga (sangat) termasuk, hehhhe XD. Bisa ngomong gini, karena lagi jernih mikir dan lagi masa sadar-sadarnya (semoga sadarnya berkelanjutan yaa :D). Kita sering merasa lelah dan menganggap, “Masalah ini terlalu berlebihan”, “Kenapa sihh, harus terjadi, gak adil banget”, dll.

Coba flashback, sebelum mendapat masalah itu. Pilihan apa yang baru saja kau putuskan sehingga akhirnya konsekuensi itu muncul dihadapanmu. Apa yang kaupikirkan menjadi benefitnya ketika pilihan itu kau yakini, dan resiko apa yang akan kau tanggung. Apakah kemudian kita masih pantas untuk mengeluh?? Bukankah memang itu yang kita pilih???

…….

#2. Kebaikan dibalik sebuah teguran

Pada waktu aku berlari dulu, temanku (penyemangatku ketika berlari #eeyyaakkk XD) berkata, “ayoo, sra, jangan kebanyakan jalan”. “Aqua.a jgn diminum smua, 3/4.a siram ke mukamu aja, biar segar”. “Atur nafasnya, konstan, tarik dri hidung, keluar dri mulut”. “Condongkan badanmu ke depan, biar makin mudah larinya”. “Ayo sra, jgn makin lamban, minimal konstan, kalo bisa ditambah kecepatannya”.

Kunci Jawaban :

Jangan kebanyakan jalan (jalan sebanding dengan nyatai/bodo amat/woles/dkk-lah XD)

Pembahasan : Cukup Jelas (:v, hayooo, yang senengnya bahas soal SBMPTN/dkk, lalu nemu jawaban ini dikunci jawaban Bahasa Indonesia/TPA, mana suaranya???? XD)

¼ aqua diminum, ¾ nya disiram

Pembahasan : Air aqua sebanding dengan berkat. Artinya jangan serakah kalau dapat berkat. Bahkan kalau Dia memberikan kita berkat pun, gak hanya tinggal *glek langsung *ahh XD. Pasti ada somethinglah dibalik something XD (buat yang nasrani pasti ngerti kan cerita tentang talenta. Waktu dikasi berkat aja, mesti dikembangin juga. Berkat + Syukur (Perkataan maupun Perlakuan) = Bahagia — #aaseekk

Atur nafas, Konstan!!

Pembahasan : Nafas sebanding dengan emosi. Jika dalam menghadapi masalah terlalu santai, ya salah dong. Ada masalah kok nyantaii??!! XD. Terlalu emosi juga kadang salah, berakibat fatal bila nemu ujung masalahnya gak sesuai dengan harapan/perkiraan. Konstan = Stabilkan emosi. Tau kapan harus turun, tau kapan harus muncak.

Condongkan badan

Pembahasan : Konteks yang kugunakan adalah bagian spiritualitas. Kita gak bisa seenaknya melangkah dengan tegak dan kokoh setiap saat. Jangan bungkuk iyaa, tapi masa tegak mulu sihh, ntar bias kesandung loh, gak liat krikil didepan lo XD. Condong sebanding dengan arahkan. Arahkanlah pandanganmu dan setiap perkataan dan perilakumu kepada kebenaranNya. Kadang, lebih memperbanyak tingkat “mencondongkan pandangan” (sebanding dengan berserah) kepada Tuhan, cukup banyak membantu menjernihkan pikiran ketika menghadapi masalah.

Jangan melambat, minimal konstan, lalu dipercepat

Pembahasan: Konteks yang digunakan adalah untuk berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan. Ketika ada masalah, usahakan (kalau pake kata jangan, kebanyakan malah jangan –jangan XD). Untuk tidak menjauh dan memperkecil frekuensi berbincang-bincang dengan Dia. Sungguh, aku sudah banyak mengalaminya dan sangat-sangat sadar, perbedaan antara ketika aku berserah dan ketika aku lebih memikirkan *ngambeknya kepada Dia yang mengasihi aku (kita). Minimal konstan, jaga kualitas imanmu dan malah disarankan untuk dipercepat (sebanding dengan memperkuat pertahanan iman)

Ini lagi ujian bahasa Indonesia, curhat, atau nulis artikel yaa??? *XD

…….

#3. Hidup ini masih 2 KM!!!

Samakan saja posisiku dengan kalian. Berarti sebenarnya kita sanggup kan, kuat menghadapi lari marathon 2 KM itu. Kita bias kuat, karna ternyata kita sanggup berlari 10 KM. Itu hal yang sering tidak kita sadari saat menghadapi masalah, bahwa sesungguhnya, “ Kita kuat di dalamNya”. Ada nasihat tua yang berkata, “Tuhan itu gak akan pernah memberikan kita cobaan diluar kemampuan kita” dan yaaa, aku bisa membuktikan itu.

Ia tau kita sanggup berlari 10 KM, karena itu Ia kecewa ketika kita sudah mengeluh dengan jarak lari 2 KM. Ia tau kalau kita tidak bisa hidup sendiri, makanya Ia utus penolong hidup kita. Mereka yang Ia utus dilingkungan kita, baik yang tidak kau kenal maupun kenal dekat. Mereka ada untuk menemanimu untuk saling mendukung dalam menghadapi cobaan. (Lihat siapa disekelilingmu). Ia tau kalau akan ada kepuasan dan kebahagiaan diakhir setiap pertandingan hidup ketika kita mau berjuang dan berusaha untuk tetap sportif melewatinya. Ia tau awal perjalanan hidup kita, dan akhir hidup kita.

Teman-teman, sadarilah, hidup ini hanya berjarak 2 KM. Untuk 8 KM selanjutnya, bahkan ber-KM kemudian, akan kita jalani di tempat kekal yang bukan di atas bumi ini. Jadi apa yang sudah kau lakukan untuk hidup yang singkat ini?? Mengeluh kah??? Berlarikah?? Sibuk mengatur nafas kenyamanan hidupmukah?? Bersemangat dan berimankah??? Atau mencari posisi yang aman-aman/biasa saja???

Sungguh, malam itu menjadi malam yang bukan lagi biasa saja. Ada pelajaran baru lagi yang Tuhan sampaikan kepadaku. Teguran keras yang menghantam pikiran dan hatiku. “Tuhan jadi teguran itu yang juga kau sampaikan kepadaku selama ini”. Aku selalu saja lama dalam hal penyadaran. Sehingga tak jarang aku terjerumus terlebih dahulu ke dalam jurang masalah/dosa yang dalam. Tapi yang kusadari adalah, bahkan dengan sehinanya aku pun, Ia tidak meninggalkan aku, bahkan selalu memberikan sesuatu yang baru untuk menjadi bahan perenunganku dan penguatanku. Ini teguran dan pelajaran bagiku, yang aku ingin teman-teman juga ditegur dan mendapatkan pelajaran dari pengalaman singkatku ini.

Ingat, hidup ini masih sebatas 2 KM. Kita tidak lemah, dan pasti disanggupkan ketika kita mau berserah dan berjuang didalamNya. Kita bias kuat 10 KM bahkan ber-KM. Hidup ini sebentar, guys, lantas apa yang sudah kau lakukan selama ini???? Jadi pribadi yang kuatkah, atau yang akan bersiap untuk menyandang status “Si Lemah” atau “Si Flat”????XD. Sekali lagi. Tentukan pilihanmu, SEKARANG!!!!

Tinggalkan komentar