AWAL dan KINIKU penyandang “DKV”

Udah jam 06:35 WIB. Ya kira-kira jam segitulah aku terbangun. Diatas kasur yang kurasa empuk, kamar yang sepi tapi ramai dengan kertas-kertas sisa nugas nirmana, aku baru melihat jam……dan….. – -“,…..NGAMPUS!!!….

Pernah gak sih kesal karna rugi? Karna gagal? Karna patah hati? <*lohh XD>. Ini sih bukan pertanyaan yaa, pasti pernahlah, namanya juga manusia. NGELUH??Itu masalahku dan orang-orang setipeku.

~~~

Waktu itu aku masih kelas 2 SMA. Keluar dari kamar, siap dengan sepatu putih olahragaku. Siap dengan celana pendek selutut dan kaos abu-abu yang lumayan kebesaran <masih hapal XD>. Siap dengan semangat yang membara, karna hari ini waktunya SHOW TIME!!. Hahahhg, jadi ngawur. Pagi itu aku dan beberapa temanku akan mengikuti pertandingan Lari 10 KM di kota tercinta <:v>, Balige, Toba Samosir. Kalau menurut perhitunganku sih, itu pertandingan terakhir, yang akan kuikuti, sebelum aku benar-benar harus fokus untuk persiapan kejenjang yang lebih tinggi. PTN…ralat….AKMIL/PTN XD. Iyaaa, cita-citaku yang sesungguhnya emang jadi seorang taruni. Catet yaa, cita-cita sejak kecil. Kenapa AKMIL?? Karena sejak dulu emang dah berurusan banyak dengan beberapa dari mereka, hehhee. Paskibra dilatih dari AKMIL, ada masalah yang membuat aku sangat ingin berjabatan dan punya pangkat biar mulut-mulut mereka diam mencerca, kalo dirumah, tontonan paling top, pasti tentang perang-perang, dan seorang taruna itu,,,berotot,,,,lohhh?? XD. Paling termotivasinya sih, waktu nonton salah satu film, yang perang pake “basoka”. Hahhaa, pengen aja sih. <Bagian yang gak penting, lupakan>. Iya, awalnya sih cuman pengen aja. Tapi sejak aku masuk Asrama Yayasan Soposurung, sepertinya ada secercah harapan untuk semakin terwujud.

~~~

Ngeluh. Iya. Waktu pendidikan aku ngeluh. Dihukum lagi, push-up lagi, lari keliling lapang lagi, di jemur lagi….Apaan sih??? Kadang pengen gak balik ke asrama beberapa hari aja. Sejenak mengumpulkan tenaga. Sebenarnya agak bullshit sihh, kalo sekarang aku tiba-tiba ngomong, semua hukuman yang aku alami itu karna salahku. “Sok-sokan bilang gitu, kenapa gak dari dulu aja??”, “ehheehh, gitu aja terus sampe bumi pelukan sama matahari, nyadarnya baru sekarang”. Hehhee, emang iyaa yaa, kita itu seringan penyesalan datang terlambat.

~~~

Balik lagi. Udah bulan Juni 2013. Bagi anak asrama, bulan-bulan ini, bukan waktunya nyantai. Iya libur, cuma libur kesekolah. Aktivitasnya,,luar biasa. Persiapan pengukuhan siswa/i baru. Apalagi pada waktu itu Reuni Akbar Asrama, makin ajiblah. XD. Aku bagian dari tim atraksi. Sejak pertama kali melihat atraksi dari kakak-kakak senior pas pengukuhan ku <STRAITER, XXII Gen>, aku pasti langsung melek, seger. Beda aja rasanya kalo melihat penampilan dansa, tor-tor, atau karate. Pasti bosen XD. Dan bersyukurnya, aku bisa lulus seleksi jadi tim atraksi. Rasanya 3 tahun ini benar-benar menjadi pelatihanku untuk jadi seorang taruni, alam aja berbicara #eeyyaakkk XD. <gak nyambung!!>

~~~

Sebenarnya intinya bukan itu sih. Jadi gini. Waktu itu udah saatnya aku dan teman-teman setimku memilih adik kelas. Namanya juga regenerasi. Baru 2 minggu yang lalu aku mengikuti pertandingan lari 10 KM. Dan apa hayoo??? XD. Ini salahnya sebuah rasa kesenioritasan. Menganggap dirinya udah perfect. Udah ahli dalam semua hal. Nyatanya, aku hanya ikut pemanasan selama 5 menit, dan sibuk memperhatikan daftar nama adik kelas dan potensinya. Kita emang kebanyakan gitu. Kalo dah pernah berhasil ngelewatin sesuatu, pasti dalam hatinya bilang, “Ini saatnya menjengkal, sudah seberapa jauh kemampuanmu!!”. Ya nggak gitu-gitu jugalah aku mikirnya. Terlalu puitis :v. Dan tau nggak apa yang terjadi??? Awal dari sebuah kisah panjang. Kesalahan yang menjadi awal “banting setirku”. Awal dari penyesalan yang berkepanjangan. Awal dari rasa mengeluh yang semakin merajalela. Aku terjatuh dan gk bisa bangkit. Butuh waktu sejam buat teman-temanku sekedar membantu meluruskan kaki kiriku yang terlipat dan kaku. Menangis. Yang kutangisi sih pada saat itu masih dangkal, “Ya Tuhan, malunya aku dilihat adik-adikku begini”, “Aduhh, mampus, masi bau keringat lagi, masa harus jatuh sekarang??”. Hahhhaa, lucu ya, jatuh, yang dipikirin itu. Masih itu. Setelah 2 minggu di kamar, akhirnya aku bisa maksain buat jalan. Sumpah, bosan banget berbaring dikamar dan gak bebas ngapa-ngapain. Serem. Waktu seluruh isi asrama turun ke lapangan dan latihan hingga larut malam, tinggal aku sendiri di kamar. Serem ketika aku hanya mendengar angin yang berhembus kencang saat aku mandi dan melihat bilik-bilik kamar mandi yang kosong dan setengah bagiannya gelap. “Aku gak pengen disini terus”. Itu motivasiku.

~~~

Aku nggak ingat sih, kejadian jatuhku yang kedua itu kapan. Tapi yang kuingat itu, pas aku jatuh ketiga kalinya, ketika aku latihan tari saman. Aku terlalu ceroboh, dan aku salah putar. Kakiku yang memang sudah melemah itu kemudian harus terluka kembali, dan lagi-lagi aku harus digotong. Tau gak sih gmana perasaanku saat itu?? Malu banget sumpah. Udah aku berat <bayangin aja, yang nge-gotong ke klinik asrama sampe kurang lebih 10 orang XD>, dia yang aku taksir <#eyaaakkk> ikut mengangkat tubuh lemah yang terluka karna kebodohanku itu. Malu karna akhirnya semua orang kini tau kelemahanku. Malu karna aku akan menyandang status baru, “LEMAH”. Pada saat itu pelatihku ngomong, “Ini udah yang ketiga kalinya dan kamu belum pernah bawa ke dokter?? Dek, minta izin ke asrama biar kau periksa. Saya juga pernah jatuh kayak kamu, dan harus terbaring total di tempat tidur selama 4 bulan. Saya sih gak terlalu apa-apa?? Kamu, yang udah kelas 3, dan masih SMA?? Masa depanmu masih panjang dek”. Aku hanya terdiam dan kembali menangis. Apa yang akan terjadi denganku???

~~~

Entah kenapa jalan hidupku itu sungguh teratur, teratur alurnya maksudnya. Ada masalah, ada tangis, ada hukuman, dan ada perenungan, lalu penyadaran. Tiba-tiba aja ada pengumuman bahwa beberapa hari kemudian, Menteri Kesehatan Indonesia akan memberi pengarahan diasrama. Dokter-dokter dan profesi kesehatan lainnya turut diundang keasrama, termasuk mamaku. Saat itu emang aku gak ngikutin pengarahannya. Tapi kemudian, sahabatku, Zhizel XD <Melissa Enjelita_Sekarang udah di AKPOL>, masuk ke kamar,

~~~

“Ce, pake seragammu cepat, sama rompi biru, bou datang, katanya pengen ketemu kau”

“Serius ce, mamaku datang??Aduhh gimana ini ce, nanti taulah mamaku aku gini, masih busuk kali aku ce”

“Udah gak apa-apa itu, jangan panik <kata-kata ini sering diucapkan orang kepadaku, hehhe> kasi tau aja ke bou ce. Ceritakan, biar bou tau gmna penanganannya. Gak apa-apanya itu ce, dibelakangnya kita”

Itu kesepakatan singkat yang membawaku ke mamaku dan menunjukkan kondisiku, dan akhirnya, aku dibawa ke rumah sakit.

~~~

Sakit sih, kalo jalan. Tapi dikuatin aja, biar mereka gak khawatir dan have fun aja. Alat-alat yang pernah aku liat di tv2 itu, ternyata aku jalani sekarang. Alat setengah lingkaran putih yang cukup besar itu, kupandangi dengan seksama, MRI Scanner <Magnetic Resonance Imaging>. Lanjut ke x-ray di pergelangan kaki, lutut, dada, ntahlah. Itu semua hanya buat jantungan aja XD. Kami masih tertawa sampai sebuah kata terucap dari sang dokter, “Kita harus segera operasi”. What??? Ada apa ini??? Operasi??? Ligamenku robek. Singkat cerita aku menjalani proses itu. Akhirnya aku benar-benar melihat seragam hijau itu beraksi kepadaku. Melihat gelombang detak jantungku di kardiograph, mikirnya, “Jangan sampai garis…jangan sampai garis…hingga aku tertidur”. Ternyata yang aku alami itu proses Arthroscopy. Dan faktanya lagi, dilututku nggak jadi dipasang alat, karna ukurannya tidak sebesar alat yang akan dipasang. Jadi, jengjengg!! Aku pake Gips dilutut. Aku nggak pernah ngebayangin akan jadi gini ceritanya.

~~~

Putus asa, iyaa. Aku nggak bisa lari lagi. Gak bisa aktif lagi, bahkan pada saat pengukuhan berlangsung aku hanya duduk dibawah tenda. Sakit. Bingung dengan diriku sendiri. Bingung dengan persiapan masa depanku. Banting setir menjadi seorang mahasiswa. Apa?? Jurusan apa??? Mau kerja jadi apa?? Siapa aku sekarang?? Siapa namaku sekarang??? “SI LEMAH”.

~~~

1 Semester berlalu dan aku belum punya pilihan jurusan apa-apa. Dan yang pernah disebutkan temanku adalah, jurusan Desain Komunikasi Visual, dan ekspektasiku aku akan menjadi bagian FSRD ITB. Tapi, pertanyaan itu terbersit lagi. Aku mau jadi apa??Disana itu ngapain?? Aku anak kelas 3 SMA gak sih??? Jurusan kok orang lain yang nentuin?? DKV. Apa itu?? Untuk apa aku kesitu?? Cocok nggak aku kesana??

~~~

Syukurnya, sebelum bulan desember aku bisa berjalan cukup normal dan bisa menghabiskan waktuku dengan keluarga. Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kakiku diatas pulau jawa. Mengunjungi ITB <tempat yang menjadi sasaran baruku saat itu>, beberapa universitas, dan tentu saja AKMIL. Merinding rasanya ketika aku melihat suasana itu. Lapangannya, gedung taruna/inya, sarana pelatihannya, museumnya, seragamnya, dan gapuranya. Gak peduli seberapa singkat waktuku dan keluargaku untuk berkeliling, tapi itu benar-benar kesempatan yang luar biasa. Masih adakah kesempatan “mimpi kecilku untuk berlabuh disini”, ucapku lirih dalam hati, sambil bernarsis ria, yang menjadi saksi bisu perjalananku.

~~~

Sekarang aku disini, seorang mahasiswi di jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Negeri Malang <DKV UM>. Seorang mahasiswi, yang baru mengenal keluarga adobe di kuliah. Seorang mahasiswi yang akhirnya mengenal kata begadang karena tugas. Seorang mahasiswi yang gak ngerti menyelesaikan masalah laptop bahkan panik ketika pertama kali melihat not responding saat nugas di Adobe Illustrator. <sebenarnya sampe sekarang juga panik sih, hahhahg XD>. Seorang mahasiswi yang sudah berhenti mengandalkan tenaganya. Mahasiswi. Kata singkat yang cukup horor bagiku, pada saat pertama kali menyandangnya. Ketika acara pelantikan mahasiswa/i baru di UM, sesamaku menangis karena pengarahan mengenai orang tua. Dan jujur, aku sama sekali tidak menangis dan tidak terlalu mempermasalahkan kerinduanku dengan orang tuaku. Yang aku permasalahkan adalah, kenapa dan untuk apa aku disini.

~~~

Bukan baju loreng yang kukenakan. Bukan lari ke gunung jam 4 pagi yang jadi rutinitasku. Bukan senjata api yang kugunakan. Jas almamater biru gelap menjadi milikku. Mondar-mandir ke percetakan, ngambil uang ke atm, nugas lagi, nyetak lagi, begadang, dan tertawa gak jelas yang jadi rutinitasku. Pensil, buku tulis, dan laptop yang menjadi senjataku. Dan bukan lagi tentang tenaga, tapi kreativitas otak. Dulu, waktu SMA, rasanya fine2 aja tuh, menggambar, mendesain-desain kertas, dan melakukan hal seni lainnya. Tapi kini jadi beban, tugas, tugas, dan tugas. Ada yang salah denganku.

~~~

Malam ini aku baru surfing ria di facebook. Sekedar ngecek beranda, profile, dan komunitas-komunitas yang kuikuti. DKVDaily. Awalnya aku tertawa geli membaca postingannya. Seia dengan quote teman-teman sepejuangan DKV yang juga begadang karna deadline. Sekata dengan mereka yang posting gambar vector bertuliskan kata-kata singkat mendeskripsikan DKV. Hingga aku menemukan pendapat yang cukup bersebrangan dengan pada umumnya.

~~~

“Kenapa desainer sekarang jadi pada mengeluh? Ia kita lelah, tapi, emangnya semengerikan itu yaa?? Perbaiki masa depan generasi DKV dengan mengubah mind setnya. Jangan pandang DKV sedangkal itu. Katanya passion, tapi kenapa harus mengeluh waktu dilakukan?? Mari sama-sama berharap, agar calon mahasiswa DKV tidak memilih jurusan ini hanya karna ingin menjauhi IPA. Mari membangun mental yang tangguh dan bukan sebagai Si Pengeluh yang handal.” <gak gini juga sih kata-katanya. Ini rangkuman yang kususun supaya lebih singkat dan sedikit tidak menjadi seorang yang tidak tukang copy-paste XD>.

~~~

Ya, “MENGELUH” itu yang menghambatku.

Aku seorang DKV. Tapi aku belum bisa menjadi DKV sejati. Aku masih menjalankan keseharianku sesuai tuntutan dosen, kampus, dan orang lain, bukan karena keinginanku. Aku masih menciptakan masalah dan belum menyelesaikannya. Aku masih pecundang DKV yang belum bisa bangkit dari keterpurukan masa lalu. Aku masih seorang DKV yang masih bingung dengan tujuan akhirku. Tapi, aku seorang DKV yang beruntung pernah merasakan perjalanan yang begitu kompleks selama beberapa waktu ini. Aku seorang mahasiswa DKV yang berbahagia bisa bertemu dengan orang-orang kreatif yang sering membuka kembali semangatku dan mind setku. Aku seorang DKV yang bisa diandalkan tenaganya <walaupun gak seutuhnya, tapi ototnya kan masih melekat XD>. Aku masih menjadi taruni bagi diriku sendiri. Aku menopang diriku dengan lemahnya tubuh dan kemampuan ini. Aku menjadi taruni bagi diriku sendiri yang siap menanggung resiko yang kuambil <walaupun lagi-lagi, terselip mengeluh>. Aku akan menangis keras ketika masalah datang lagi, tapi yang masih dikasihi Tuhan, karena pasti ada satu hal yang baik dibaliknya. Aku harusnya sadar. Hidup bukan sekedar hidup. Hidup bukan sekedar bercita cita. Hidup bukan sekedar mencintai dan dicintai. Tapi harus bisa menghidupi hidup, apapun arahnya, seberapa besar pun batu penghalang langkah, dan seberapa sulit untuk menyandang kata mencinta.

~~~

Aku bersyukur karena Tuhan selalu punya cara untuk mengingatkanku, atas semua keluhanku, atas semua tangis dan rasa sakitku, untuk menyadarkanku, bahwa tidak ada harapan yang sia-sia didalamNya. Aku bersyukur karena akan selalu ada kejutan dalam inchi hidupku. Aku bersyukur karna Dia selalu mendengarkan doaku, dan tau menjawab Iya dan Tidak untuk setiap doaku. Aku bersyukur karena aku diberikan orang-orang yang selalu bisa membangunku dan membangkitkanku. Aku bersyukur karena Ia tidak meninggalkanku, sehingga aku akan selalu tersadar <walau waktunya kadang lama, dan terkadang membuat aku merasa akan menyerah>. Aku bersyukur atas hidupku dan diriku yang begini adanya. Ini aku, yang sedang menanti dan mengimani, akan ada rencana yang besar atasku sebagi DKVers.

 ~~~

 

 

Tinggalkan komentar